Semilir angin di pagi hari membelai wajah Aryan begitu lembut. Suasana seperti ini membuat Aryan mantap untuk tarik selimut. Sementara itu, sinar mentari menghangatkan wajah Pradita yang sedang bermimpi makan malam bersama Raisa di hotel bintang 7.
Suasana seperti ini sangat disukai spesies seperti mereka yang enggan untuk bangun pagi. Lembaran buku-buku yang berserakan di lantaipun terbuka dengan lembaian semilir angin. Sementara itu, bunga mawar di kamar Aryan sedang asik menjalankan proses pertumbuhan dan perkembangan. Bunga mawar tersebut sengaja diletakkan di ruangan. Ada satu rahasia sehingga Aryan tetap menyimpan bunga mawar tersebut.
Ketika Pradita sedang asik bermimpi, tiba-tiba "dugg" tangan Aryan menimpa wajah Pradita.
"Yan, tangan lo ganggu banget sih. Gue lagi mimpi dinner bareng Raisa nih!"
Aryanpun terbangun dengan celotehan adiknya.
"Lo tadi bilang apa? Dinner sama Raisa? Asik bener mimpi lo", jawab Aryan.
"Raisa ndas mu, ini jam berapa Aryan, Radit".
Seketika mereka terdiam dan menoleh ke sumber suara.
"Jam berapa ini?", tanya ibunya yang sedang mengetuk-ngetuk lengannya dengan jari telunjuk seolah-olah sedang memakai jam tangan.
Aryanpun mengambil ponselnya dan melihat jam yang tertera dengan jelas di ponselnya.
Aryanpun mengambil ponselnya dan melihat jam yang tertera dengan jelas di ponselnya.
"Mampus gue, sekarang jam 7 kurang 20 menit Dit", sahut Aryan.
Setelah mendengar ucapan Aryan, Radit bergegas menuju kamar mandi milik abangnya. Sementara itu Aryan berlari ke lantai bawah untuk mandi, karena air di kamar mandi Radit tidak mengalir.
Sepuluh menit kemudian mereka selesai dan siap untuk berangkat ke sekolah. Yaa, walaupun nggak semuanya siap sih. Tampilan mereka tidak rapi dan alakadarnya. Mereka berbagi tugas untuk ke sekolah. Aryan menghidupkan motor, dan Radit yang menyiapkan bekal untuk di sekolah.
Ibu Susan, selaku ibu kandung mereka sudah lelah dengan kebiasaan mereka yang tidak bisa bangun pagi. Bahkan, bu Susan berencana untuk membawa mereka ke Ustadz Yahya untuk diruqyah.
Setiap pagi, bu Susan membangunkan anak kembarnya yang sedang asik bermimpi bertemu artis, perang bareng Sasuke, atau apapun itu,dan membereskan buku-buku yang berserakan di kamar. Satu catatan penting, buku-buku tersebut bukan buku pelajaran ataupun buku apapun yang memberikan ilmu bagi kehidupan, melainkan sebuah komik.
Komik adalah buku terfavorit milik Radit. Komik Naruto setiap volume dimiliki Radit. Bukan hanya itu, kumpulan anime berbagai genrepun dimilikinya.
"Gusti Nu Agung, dulu bapaknya kaya gimana coba? Anak-anak kok jadi begini", keluh bu Susan yang tak kuat menanggung beban sebagai seorang ibu kandung dari anak kembar.
....
....
"Dit, jam berapa sekarang?", tanya Aryan yang sedang mengendarai motor.
"Jam 7 kurang 5. Gue baru inget kalo hari ini ada ulangan Biologi. Makanya buruan Yan!", pinta Radit kepada abangnya.
"Elu sih begadang baca komik, makanya kesiangan!".
"Loh, kok elu nyalahin gue. Lo juga bangunnya kesiangan kali".
"Kalo tangan gue nggak nimpa muka lo, tamat riwayat kita. Makanya lo harus berterimakasih sama abang lo".
"Iya iya buruan makanya. Udah telat banget nih. Guru biologi gue kan Bu Maryam yang terkenal killer. Bisa bisa gue ulangan susulan. Terus kalo susulan, nggak bisa nyontek ke si Ata", jawab Radit dengan mimik kesal.
"Ini udah di parkiran Dit", jawab Aryan dengan tatapan beku.
"Oh udah ya? Gue baru sadar. Gue cabut duluan Yan".
Tiba-tiba Aryan menarik kerah baju Radit dan,
"Heh, mau kemana lo? Nggak solid banget jadi ade. Lo tuh harusnya tungguin gue, abang lo. Kita jalan bareng, oke? Ayo cabut!", jawab Aryan dengan penuh semangat karena biasanya pagi-pagi banyak kaum Hawa yang suka say Hi dan lambai-lambai tangan kepada Aryan.
"Heh, mau kemana lo? Nggak solid banget jadi ade. Lo tuh harusnya tungguin gue, abang lo. Kita jalan bareng, oke? Ayo cabut!", jawab Aryan dengan penuh semangat karena biasanya pagi-pagi banyak kaum Hawa yang suka say Hi dan lambai-lambai tangan kepada Aryan.
"Udah pokoknya lo ke kelas gue anterin", pinta Aryan dengan wajah sok asik.
"Sudom banget lu. Bilang aja mau ketemu si Ica", jawab Radit dengan ketus.
Saat melewati koridor kelas X tiba-tiba segerombolan kaum Hawa menoleh Jayantaka bersaudara.
"Hai Aryan, ganteng banget iih, tumben jalan bareng sama Radit", puji Salma, salah satu diantara segerombolan kaum hawa.
"Hello Salma. Iya nih, gue mau anterin ade gue soalnya sekarang pelajaran Bu Maryam. Takut kalo si Radit dimarahin, entar gue yang kasih alesan, gue jalan dulu yaa", jawab Aryan penuh percaya diri.
....
Sampailah mereka di kelas XI IPA 3, kelas tercintanya Radit. Aryan melihat seisi ruangan, berusaha menemukan mahkluk favoritnya, Ica. Raditpun melangkahkan kaki kanannya ke kelas dengan raut wajah pasrah sama ulangan Biologi kali ini, dan tiba-tiba Ata sebagai KM maju ke depan kelas sambil memegang ponselnya.
Sampailah mereka di kelas XI IPA 3, kelas tercintanya Radit. Aryan melihat seisi ruangan, berusaha menemukan mahkluk favoritnya, Ica. Raditpun melangkahkan kaki kanannya ke kelas dengan raut wajah pasrah sama ulangan Biologi kali ini, dan tiba-tiba Ata sebagai KM maju ke depan kelas sambil memegang ponselnya.
"Si Ata enak bener hidupnya nggak keliatan panik, padahalkan mau ulangan. Malah santai megang Hp di depan lagi, tuh anak mau ngapain coba", pikir Radit dengan menebak apa yang akan dilakukan temannya, Ata.
"Gaes, gue dapet berita nih..
Pengumuman Ata belum selesai tapi tiba-tiba salah satu makhluk dari XI IPA 3 menyela,
"Ah paling beritanya kali ini lo diajak ngedate sama gebetan lo yang kumisan", celoteh Alfan, musuh bebuyutan Ata dari SD.
"Gue serius Alfamart! Semuanya dengerin gue. Tadi gue dapet sms dari bu Maryam..
"Ulangannya nggak jadi Ta?", celetuk Radit dengan frontal, dan seketika semua mahkluk menatap tajam kepada Radit.
"Elu kapan datang Dit?", tanya Ata dengan polos.
"Barusan", jawab Radit kecewa.
"Oke, gue lanjutin beritanya. Hari ini Bu Maryam nggak bisa masuk, dia sakit..
Kebahagiaanpun tercipta di kelas tersebut terutama Radit, suara gaduh dan sorak-sorak kemenangan terdengar dengan jelas. Atapun melanjutkan pengumumannya.
"Tapi sebagai gantinya ada tugas dihalaman 80 dikerjain sekarang, dikumpulinnya juga hari ini. Paham semuanya?", tanya Ata kepada teman sekelasnya.
Suara kemenangan memudar perlahan menjadi suara kekecewaan, dan seisi kelas merasakan hal yang sama.
"Dit!", sahut Aryan.
"Lo belom ke kelas Yan?", tanya Radit dengan wajah bingung.
"Belom, gue masih asik liat Ica. Sampein salam gue buat Ica ya Dit", pinta Aryan dengan tatapan puppy eyes.
"Icaaaa, ...
Belum selesai seruan Radit, Aryan langsung kabur menuju kelasnya dan menghilang dari pandangan Radit.
Belum selesai seruan Radit, Aryan langsung kabur menuju kelasnya dan menghilang dari pandangan Radit.
"Apa Dit?", tanya Ica penasaran.
"Ada salam dari abang gue barusan. Tapi orangnya langsung kabur", jawab Radit sambil melirik ke arah koridor kelas.
"Ada salam dari abang gue barusan. Tapi orangnya langsung kabur", jawab Radit sambil melirik ke arah koridor kelas.
Seisi kelas ricuh, sensitif dengan hal-hal yang berbau cinta. Icapun hanya tersenyum dan kembali mengerjakan tugas tanpa ada respon berlebihan.
"Kalo gue jadi si Ica, sumpah yang barusan tuh malu-maluin. Muka gue kayanya udah merah kaya cabe", celoteh Radit dalam hatinya.
Raditpun duduk di kursinya dan perlahan menghampiri Ata, dengan modus nggak bisa jawab soal di buku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar