Si Kembar Jayantaka: Aryan Jayantaka

Kaki ini terasa ringan untuk melangkah. Senyum merekah terlukis dengan jelas diwajah Aryan. Matanya yang tak henti berbinar diselimuti kebahagiaan. Aryan dengan santai berjalan menuju ruangan kelasnya, XI IPA 1. Kelas yang memang agak jauh dari kelas milik Pradit. Aryan merasa bahagia bukan karena dikerumuni kaum hawa melainkan, bisa melihat Ata yang tersenyum tadi.

Ataya Pranaya atau sering disebut Ata oleh Pradit adalah teman sekelas Pradit yang alim, cerdas, dan cantik menurut Aryan. Tapi sayang seribu kali sayang, Ata orangnya dingin terhadap kaum Adam terutama orang yang belum kenal dengan Ata. Mungkin itu salah satu bentuk pertahanannya dari predator sejenis Aryan Jayantaka yang selama sebulan ini selalu mendekati Ata dengan cara menanyakan kabar lewat Pradit.
...
Setelah semuanya terasa begitu indah, tiba-tiba kebahagiaan itu hilang tersapu angin tornado milik Pak Budi.

"Aryan!...

Aryan tersadar dengan panggilan tersebut, dan menoleh ke sumber suara. Dilihatnya Pak Budi yang siap untuk memarahi Aryan dengan tatapan yang tajam.

"Suruh siapa kamu masuk? Maen nyelonong aja. Dateng telat, senyam-senyum sendiri lagi!", bentak Pak Budi yang sedang menulis materi Sejarah di papan tulis kemudian diganggu dengan kehadiran sosok Aryan secara tiba-tiba.

"Ehehe Pak, maaf saya nggak ketok pintu dulu", balas Aryan dengan wajah tanpa dosa.

"Kamu tau sekarang jam berapa?", tanya Pak Budi yang perlahan mendekati Aryan.

"Jam 7.30 Pak", jawab Aryan sembari melihat jam tangan hitam favoritnya.

"7.30? Mampus gue. Inimah telat banget. Argh, kali ini gue bakal dikasih hukuman apa sama Pak Budi", batin Aryan dengan melihat mimik pak Budi yang kedua tangannya masih berada dipinggangnya.

"Aduduh Pak, saya tadi nggak telat ke sekolah kok. Tanya aja sama adik saya, kita berangkat bareng kok. Tadi saya dipanggil dulu sama Bu Ayla".

"Bohong Pak, biasanya Aryan suka diem di kelas Pradit buat ketemu si Ata", celetuk seseorang yang suaranya berat kaya baja.

"Gue kenal nih suaranya", batin Aryan dengan kesal.
Aryanpun melirik seseorang yang berani berkata demikian dihadapan temen sekelas dan Pak Budi.

"Dugaan gue bener, si Jamal kampret. Tuh orang berani banget bikin gue malu", batin Aryan sambil menatap tajam Jamal sobat SMPnya itu.

"Cieeeee, Aryan suka sama Ata ternyata", teriak teman satu kelas yang berhasil membuat wajah Aryan merah merona kaya pake krim pelembap C*tra.

Informasi mengenai Aryan yang menyukai Ata hanya diketahui Pradit dan Jamal. Jamal adalah teman dekat Aryan dan Pradit dari SMP. Mereka sering kumpul bareng di rumah Aryan walaupun sekedar ngemil bersama. Jamal sudah mengenal karakter si kembar Jayantaka. Jadi jangan heran kalau Jamal berani mempermalukan Aryan di depan umum.

"Alesan kamu, pake nyalahin bu Ayla segala. Kemaren nyalahin adik kamu, si Pradit. Bapak heran, kenapa murid seperti Ataya mau dideketin sama murid bandel kaya kamu. Sekarang kamu duduk!", perintah Pak Budi kepada Aryan yang sepertinya senang karena tidak dihukum.

Aryanpun menarik napas kemudian menuju tempat duduk miliknya yang berada di samping Jamal dengan perasaan lega karena kali ini tidak dihukum Pak Budi.

Pak Budipun melanjutkan kegiatan belajar mengajarnya seperti biasa. Satu jam kemudian bel pergantian jam pelajaran berbunyi. Pak Budipun membereskan barang bawaannya.

"Anak-anak, tugas yang kemaren bapak suruh kumpulin sekarang. Adam, nanti bawa tugasnya ke ruangan bapak", suruh Pak Budi kepada Adam selaku ketua kelas.

"Mal, emang ada tugas ya?", tanya Aryan dengan mimik yang luar biasa suci kaya anak yang baru lahir yang nggak tau apa-apa.

"Lu tuh ya, perasaan udah sering gue ingetin sejuta kali tapi nggak inget-inget", jawab Jamal dengan penuh kesal terhadap makhluk yang satu ini.

"Kan itu cuma perasaan lo aja Mal", balas Aryan.

"Eh kalian, sekarang bukan waktunya buat diskusi. Cepet kumpulin tugasnya", perintah Adam pada Aryan dan Jamal.

"Mal serius deh, tugasnya apaan? Gue lupa"

"Aduh mama sayangeee, tugasnya tentang Pro dan Kontra pemerintahan Presiden Soeharto", jawab Jamal kesal.

Mereka berdua tak henti-hentinya berdebat tentang tugas, ban motor Jamal kempespun jadi ancaman kalo Jamal nggak ngasih contekan ke Aryan.

"Please Dam walaupun gue kaum Adam, tapi gue nggak rajin kaya lo. Jadi tungguin gue lah, bentar kok. Kalo nggak, gue bilangin ke si Anay kalo lo suka sama dia!", ancam Aryan semena-mena.

"Anay? Naisha maksud lo? Yang kelas XI IPA 3? Serius lo suka sama si Anay, Dam?", tanya Jamal penuh heran.

Setelah serangan dari Aryan, seorang Adam yang gagah dan baik hati, kadang-kadang suka tebar pesona mendadak kikuk dihadapan mereka. Wajah Adam merah merona, dan lidahnya kaku untuk menyanggah pernyataan Aryan.

"Hayoo, lo nggak berani kan Dam? Masih untung gue bilangnya pas lagi sepi, kalo lagi rame gimana coba? Kan berabe buat lo", sindir Aryan dengan penuh kepercayaan kalo Adam nggak mungkin bisa nentang ucapan Aryan.

"Ya ya buruan pokoknya, 10 menit beres ya!", perintah Adam dengan pasrah.

Aryanpun mulai mengerjakan PRnya dengan mulut yang tak bisa diam. Aryan terus saja berdebat dengan Jamal. Sementara Adam hanya menyaksikan tingkah laku mereka dan berpikir kenapa Aryan berkata demikian.

Dan akhirnya, Aryanpun selesai mengerjakan tugasnya. Karena Adam begitu baik pada Aryan walaupun sebenernya ada unsur pemaksaan, Aryan menawarkan bantuan untuk membawa tugasnya ke ruangan pak Budi.
Adampun menerima tawaran baik dari Aryan yang dibantu oleh Jamal.

Di perjalanan menuju ruang guru, Adam bertanya-tanya mengenai kejadian tadi. Dengan penuh keberanian, Adam bertanya pada Aryan dan Aryan menjawabnya "rahasia".

"Thanks Dam, lain kali kalo ketemu Anay, gue sampein salam dari lo. Bye Dam", kata Aryan dengan melambaikan tangannya sambil berlari menuju kelas Pradit.

"Semangat Dam, gue do'ain lo cepet jadian sama Anay", kata Jamal penuh semangat.

Merekapun pergi meninggalkan Adam. Jamal berlari menyusul Aryan secepat kilat. Saat Aryan berlari, tiba-tiba seseorang menabraknya.

"Maaf maaf gue nggak sengaja", ucapnya sambil menggosokan kedua telapak tangannya sebagai simbol permintaan maaf dengan kepala tertunduk.

Aryan mengenali suaranya, suaranya tak begitu asing. Dan benar saja dugaan Aryan, seseorang yang menabraknya adalah Ata. Wanita yang disukai Aryan dan Aryan berhasil mengusik kedamaian Ata yang telah berlangsung satu bulan.

"Lo harusnya sering-sering nabrak gue kaya gini, biar hati gue makin deket sama hati lo", ucap Aryan menggoda.

Ata pun mengangkat kepalanya dan kaget melihat Aryan yang sedang tersenyum manis menampakan gigi gingsulnya. Dan anehnya, Ata tiba-tiba menjadi kikuk dihadapan Aryan. Ata pun tersadar dan menjauh dari hadapan Aryan tanpa sepatah kata apapun. Ata berlari dengan wajah merah.

"Kayanya ada yang dapet rejeki nomplok nih?", ucap seseorang dengan keras.

"Pradiiiiiit, adek gue", teriak Aryan sambil berlari menghampiri Pradit dan memeluk adiknya erat-erat.

"Kok gue ngerasa kalo kalian itu teletubis ya, berpelukan," sindir Jamal kepada si kembar Jayantaka.

"Ini refleks gue Mal," jawab Aryan singkat.

"Ngeri gue liatnya. Eh bye the way, traktiran boleh kali. Lo kan udah dapet rejeki", pinta Jamal dengan menaikan kedua alisnya.

"Berangkat!", perintah Aryan kepada Jamal dan Pradit dengan merangkul sobat sekaligus adiknya penuh kebahagiaan.

Merekapun pergi menuju rumah si kembar. Sementara itu, Pradit merasa bingung terhadap tingkah Ata dan sekaligus senang melihat perkembangan abangnya dengan Ata.

to be continue~

Note: Pradita, Pradit, Radit, adalah panggilan dari Pradita Jayantaka.

Dian Budiarti

Hello, I'm Dian and I'm is Casual style lovers.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Play on

Instagram