Sepenggal lirik lagu dari band “Peterpan” yang mempunyai makna indahnya sebuah persahabatan. Persahabatan memang sudah menjadi kegiatan social yang umum, bahkan mendunia. Persahabatan itu tak mengenal usia, jenis kelamin, dan tingkah laku ataupun sebagainya. Karena persahabatan, kita bisa saling percaya, saling mengerti satu sama lain, bertukar fikiran, dan sebagainya.
Seperti yang telah Selen katakan tadi, Selen juga punya sahabat. Sahabat di sekolah dan di luar sekolah. Sangat beruntung Selen mempunyai sahabat, dan akan Selen perkenalkan kalian dengan satu orang sahabat Selen di luar sekolah, tapi sebenarnya Selen punya tiga orang sahabat lagi di sekolah.
“Nurulla Anisa”. Seorang remaja perempuan, berkerudung, manis, murah senyum, baik hati,dan ceria. Di sekolah ia mengikuti ekstrakulikuler “Kurma” kepanjangan dari Kumpulan Remaja Mesjid. Walaupun berkerudung, tapi ia aktif mengikuti beladiri Karate, dan sekarang ia baru menginjak sabuk kuning.
Awal kedekatan Selen dengan Ibar, pada saat Tes masuk Sekolah Menengah Atas. Ia datang bersama saudara sekaligus sahabat Selen di SMA. Berhubung rumah Selen dan Ibar searah, jadi mereka naik kereta api bersama. Di dalam kereta api, mereka bercerita tentang pribadi masing – masing. Sampai akhirnya menjadi seorang sahabat.
Hari ini tepat pukul 10.30 WIB, Selen, Vana, Litri dan Frans berencana pergi ke perpustakaan “Batoe Api”. Letaknya cukup jauh dari sekolah, sekitar 3 kilometer dari sekolah. Walaupun jauh, tapi mereka memutuskan untuk berjalan kaki untuk pergi kesana. Tujuannya untuk menghemat uang jajan sekaligus berolahraga bersama gratis.
Mereka mengambil rute jalan memotong dari jalan raya, dan rute jalan itu sering mereka gunakan untuk perjalanan pulang. Padahal rute jalan itu berkelok-kelok seperti labirin dan memang membutuhkan waktu yang cukup lama jika berjalan ke rute ini. Alasan mereka mengambil rute jalan ini adalah, sinar matahari yang datang tidak terlalu menyengat, karena ada banyak kos-kosan mahasiswa, jadi cukup terhalangi oleh atap bangunannya. Walaupun akhirnya kembali lagi di Jalan Raya.
Hari ini sinar matahari yang datang cukup terik dan berhasil membakar kulit kami yang berwarna sawo matang ini. Saat keluar dari rute jalan pemotong,
“ Huuuh, panas sekali hari ini.” Kata Vana.
“ Sudah, jangan mengeluh, sinar matahari itu vitamin tahu.” Sahut Frans.
Frans adalah seorang laki-laki berumur 16 tahun, ia berkacamata, dan sangat menyukai music bergenre klasik. Ia juga mempunyai hobi menggambar manga, dan selalu mengingatkan para sahabatnya. Saat penting atau tidak, Frans selalu mengingatkan dan memberi semangat kepada para sahabatnya.
“ Mana ada sinar matahari jam segini vitamin! Kalau vitamin penggosong kulit ia!!. “ Jawab Vana dengan raut wajah kesal.
Vana, seorang remaja yang memiliki hobi berbelanja dan selalu merawat kulitnya dari kerusakan. Ia paling cerewet diantara sahabatnya. Walaupun begitu, tapi ia baik.
“ Van, benar apa yang dibilang Frans, sinar matahari itu vitamin. Walaupun agak sedikit menggosongkan kulit. Waktu itu aku pernah baca artikel di internet, dan katanya waktu terbaik untuk mendapatkan manfaat UVB untuk menghasilkan vitamin D adalah sesiang mungkin. Itu berarti antara jam 10 pagi sampai dengan 2 siang.” Kata Selen.
Selen bagi Frans, Litri, dan Vana merupakan sahabat ensiklopedia. Ia tahu semuanya. Tapi ada satu hal yang sedikit membingungkannya. Saat mereka sedang mengobrol tentang sinar matahari, Litri tak memperdulikan mereka. Ia hanya diam dan menikmati sinar matahari yang menyentuhnya kulitnya.
Beberapa menit kemudian, suasana perjalanan mereka menjadi hening, yang terdengar hanya suara langkah kaki yang berjalan, ramainya para pedagang, dan tentunya suara roda berputar di atas Jalan Raya dan bunyi klakson kendaraan yang memekikan telinga. Di suasana ramainya jalan dan heningnya perjalanan mereka tiba-tiba,
“ Kapan kita sampai?” Kata Litri.
Anak yang dari awal perjalanan terdiam dan tiba-tiba sekarang berbicara. Cukup mengagetkan.
“Sebentar lagi, sekitar 100 meter lagi.” Kata Frans dengan wajah yang bermandikan keringat.
“ Berapa kalori yang terbuang dari tubuh kita selama perjalanan ini? Dan berakhir dengan mandi keringat.” Kata Vana.
“ Kalori yang terbakar atau terbuang dari tubuh kita sekitar 148 kalori. Dan olahraga pembakar kalori terbesar adalah bersepeda atau mendaki, yaitu sekitar 295 kalori. ” Kata Selen.
“ Kita beruntung punya sahabat seperti Selen, ia seorang ensiklopedia lovers. Apa yang kita tanyakan ia tahu dan akan menjawabnya. Bukan begitu saudari Selen?” Kata Litri.
Selen hanya tersenyum dengan pujian Litri dan berhasil membuatnya terbang.
“ Tapi saat aku Tanya tentang cinta, Selen tidak menjawabnya. Ia hanya diliputi kebingungan.” Kata Vana
.
“ Itu karena aku belum merasakannya tahu.” Jawab Selen.
“ Jadi kapan kau akan merasakannya?” Kata Vana dengan tersenyum lebar dan sedikit menyindir.
Dari pertanyaan itu, Litri dan Frans langsung melirik Selen dan melakukan hal yang sama dengan Vana. Saat Selen menatap mereka, mereka langsung tertawa terbahak-bahak dengan pertanyaan Vana dan reaksi wajahnya yang kebingungan.
“Hahahaha”
“ Puas kalian menertawakanku?” Kata Selen sambil cemberut.
“ Puas sekali!!!.” Jawab mereka dengan keras dan kembali menyindir sambil tertawa.
Komunikasi mereka memang seperti itu, tak ada yang ditutup-tutupi dan berlangsung secara frontal . Walaupun frontal, tapi mereka menikmatinya dan menjadikan komunikasi frontal itu sebagai bahan tertawaan. Mereka senang dengan sifat mereka, dan kefrontalan mereka. Dengan menjadi diri sendiri, kita bisa menjadi apa yang kita inginkan dan tak perlu ragu untuk melakukannya, selama apa yang kita lakukan bernilai positif.
Sekian menit kita berjalan dan bermandikan keringat, akhirnya kelelahan itu terbayar. Karena mereka sudah tiba di perpustakaan “Batoe Api’. Tempatnya minimalis seperti bangunan zaman dulu dan cukup strategis. Mereka membuka sepatu dan masuk ke dalam perpustakaan dengan wajah yang penuh keringat, tapi tetap tersenyum lebar. Satu persatu buku itu mereka lihat setiap judulnya. Buku-bukunya bermacam –macam. Bergenre fiksi, dongeng, astronomi, koleksi, fotografi, dan masih banyak lagi. Kebanyakan koleksinya, buku terbitan zaman dulu, tapi ada beberapa juga terbitan zaman sekarang.
Beberapa jam mereka di tempat tersebut, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Karena waktu sudah menunjukan pukul 13.00 WIB. Tapi tiba-tiba,
“ Bagaimana kalau kita ke mall sebentar, kalian laparkan? Ayolah, aku tahu kalau kalian lapar. Biar aku yang traktir kalian.” Kata Vana meyakinkan.
Seketika itu, Selen, Litri, dan Frans berlari secepatnya ke mall dan meninggalkan Vana, dan beruntung lokasi mall memang dekat dengan perpustakaan. Soal makanan mereka selalu bersemangat untuk mendapatkannya.
Tiba di mall, seorang staf mall memberikan secarik kertas yang berisi peta petualangan mencari harta karun di hutan kepada Litri. Setelah menerimanya Litri bersemangat membaca,karena petualangan adalah jati diri seorang Litri. Saat ia membuka mulutnya untuk memberitahukan sahabatnya, tiba-tiba ia terkejut dan
,
“ Jangan percaya dengan peta itu, bisa saja peta itu bohong.” Kata Frans mengingatkan.
“ Kau membuatku kaget!! Tidak, peta ini jelas benar dan nyata.” Jawab Litri.
“ Sudah kau tanyakan kepada petugasnya? “ Kata Frans dengan alis menaik.
Litri tersenyum malu dengan ucapan Frans. Saat itu juga, Vana langsung mengambil peta dari tangan Ruwi dan bertanya kepada petugas akan kebenaran peta tersebut, karena ia tak mau ketinggalan informasi.
“ Kak Kak, aku mau tanya, kalau peta ini benar-benar nyata? Dan harta karun itu ada?” Kata Vana.
“ Iya, peta itu benar dan harta karun itu memang ada, dan di hutan sana sudah ada petugas yang lain dari tim kami yang membantu jalannya petualangan ini, jangan khawatir disana semuanya komplit.” Jawab kakak petugas dengan tersenyum manis.
“ Benarkan apa yang aku bilang, peta ini nyata.” Kata Litri kesal.
“ Baiklah-baiklah, silahkan nikmati petamu itu Litrii.” Jawab Frans.
“ Kau tak mau ikut Frans?” Kata Litri dengan wajah yang terlihat sedih.
“ Entahlah.” Jawab Frans singkat.
“ Sudahlah, bicara soal peta itu nanti saja. Kalian tidak kasian kepada perutku yang sudah berbunyi ini?” Sahut Selen memohon.
“ Apa yang dibilang Selen benar, katanya tadi kalian lapar, bahkan berlari meninggalkanku demi makanan. Ayo, simpanlah dulu peta itu.” Kata Vana.
“ Baiklah.” Kata Litri.
Mereka berjalan bersama mencari tempat makan, sampai di tempat tujuan, mereka langsung memesan makanan dan menunggu makanan itu tiba di hadapan mereka dan mengeluarkan aroma khas makanan yang akan membuat mereka bersemangat menyantapnya.
Beberapa menit yang terbuang telah berlalu, dan kemudian datanglah waktu yang baru yang siap menyambut aktivitas Litri, Selen, Vana, dan Frans. Pukul 13.30 waktu setempat, mereka selesai makan dan memutuskan untuk pulang ke rumah. Beruntung, mereka satu arah. Mereka naik kereta api bersama, dan mereka berbincang-bincang.
“ Besok ada pelajaran Kimia bab tiga, dan kita sudah dikasih tugas sama Ibu guru. Jangan lupa dikerjakan sobat.” Kata Frans mengingatkan.
“ Siap Mr. Eyeglass Remember.” Jawab Litri, Selen, dan Vana dengan semangat.
Mr. Eyeglass Remember adalah sebutan untuk Frans, karena ia memakai kacamata dan selalu mengingatkan sahabatnya.
“Oh ia,kalau ada yang kurang ngerti, ensiklopedia lovers kita siap membantu.” Kata Litri dengan tersenyum sambil menepuk pundak Selen.
“ Ia, ia. Aku akan membantu kalian kalau aku bisa.” Jawab Selen sembari tersenyum manis.
“ Twitternya harus online ya, nanti aku tanya lewat twitter.” Kata Vana.
“ Oke siap Vana.” Jawab Selen.
Suasanapun menjadi hening, karena mereka kelelahan. Saat Litri hendak mengambil uang di sakunya, saat yang bersamaan secarik kertas jatuh dari sakunya dan ia langsung mengambil dan membukanya. Tiba-tiba,
“ Oh ia!!.”
Selen, Frans, dan Vana langsung terkejut dengan apa yang dikatakan Litri secara tiba-tiba dan langsung menatap Litri dengan diliputi rasa kebingungan dan penasaran. Lalu Litri melanjutkan perkataannya.
“ Ini kertas peta tadi, acaranya dimulai dari hari minggu pukul 08.00 WIB di hutan Snobel. Satu kelompok terdiri dari empat orang, kalian akan ikut menemani aku kan? Ayolah, hari minggu sampai minggu depan kita libur. Ini juga untuk mengisi liburan.” Kata Litri memohon.
“ Barang apa saja yang harus dibawa? dan apakah kau tahu dimana lokasi hutan itu berada?” Kata Frans.
“ Setidaknya, barang yang diperlukan untuk mencari harta karun, entah tali atau apa kita bicarakan saja nanti, masih ada dua hari lagi untuk membicarakannya, dan lokasi hutannya aku tahu, aku pernah ke hutan itu, jadi aku tahu apa-apa yang ada disana.” Kata Litri meyakinkan.
Sementara itu, Vana dan Selen hanya terdiam dan mendengarkan apa yang mereka berdua bicarakan.
“ Jadi, kalian semua ikutkan?” Kata Litri.
“ Iaaa.” Jawab Frans, Selen, dan Vana serentak.
“ Terimakasih kalian baik sekali.” Kata Litri sambil memegang tangan ketiga sahabatnya.
“ Baru tahu ya kalau kita baik?” Jawab Frans, Selen, dan Vana.
“ Ia ia ia.” Jawab Litri sambil tersenyum selebar mungkin dan semanis mungkin.
Berlama-lama duduk di dalam kereta api, akhirnya mereka sampai di stasiun pemberhentian. Mereka melanjutkan perjalanan pulang ke rumah masing-masing tanpa basa-basi. Tiba di rumah, Selen dan Vana langsung mandi dan kemudian beristirahat. Litri terus membaca peta itu hingga ratusan kali dan ia tak memperdulikan keringat yang mengalir di tubuhnya. Sedangkan Frans, ia menyimpan tasnya dan beralih ke sofa panjang untuk beristirahat tanpa mengganti baju seragamnya, karena ia terlalu lelah. Alhasil, ia tertidur pulas dengan sehelai kain yang masih menggantung dilehernya, serta kacamata negative yang masih menepel dimata dan menjepit ditelinganya. Seorang ibu yang perhatian kepada anaknya, Bu Sesi langsung melepaskan kacamata Frans dan menyimpannya di meja dekat sofa. Kemudian Bu Sesi membuka alas kaki yang masih melekat pada kakinya.
Hari Minggu yang dinantikan oleh Selen, Frans, dan Vana terutama oleh Litri telah tiba. Hari Minggu ini benar-benar hari yang special untuk Litri, karena ia bisa mengajak Selen, Frans, dan Vana untuk ikut berpetualang dengannya. Pukul tujuh pagi mereka sudah berkumpul di taman Selenia Rose.
“Tali bawa, P3K bawa, makan sama minum juga bawa. Sepertinya sudah lengkap, tinggal berangkat. ” Kata Litri bersemangat.
“ Semuanya sudah lengkapkan?” Kata Frans mengingatkan.
“ Sudah. Kita tinggal berangkat.” Jawab Selen, Litri, dan Vana serentak.
Setelah memastikan kelengkapan peralatan yang harus dibawa, akhirnya mereka pergi ke hutan tempat harta karun itu berada. Beberapa jam kemudian Selen, Frans, Litri dan Vana sampai di pintu depan hutan itu dan bertemu dengan staf petugas dari pencarian harta karun tersebut. Kemudian mereka bertanya satu persatu secara detail kepada staf tersebut dan alhasil mereka mengetahuinya dengan baik. Litri sungguh tak sabar ingin segera masuk ke hutan itu untuk mencari harta karun dan tentunya berpetualang dengan sahabat- sahabatnya.
Tak lama menunggu –nunggu, akhirnya mereka diizinkan untuk masuk ke hutan tersebut. Suara jangkrik bersautan memanggil, burung-burung terbang mengepakkan sayapnya dengan indah, dan matahari pagi yang tersenyum seakan menemani Selen, Frans, Litri dan Vana menelurusi hutan tersebut.
Keindahan tersebut Vana abadikan dalam kamera DSLRnya yang ia sayangi. Beberapa foto ia jepret menggunakan kameranya. Karena terlalu asyik, Vana akhirnya jatuh ke lubang. Lubang itu memang tidak terlalu dalam, dalamya hanya sekitar lima puluh sentimeter.
“ Makanya, jalan itu lihat –lihat, jangan keasyikan foto-foto.” Kata Frans, si anak pengingat.
“ Ia.” Jawab Vana sedikit cemberut.
Lalu kapan kita sampai?” kata Vana.
“ Van jangan bercanda, kitakan baru masuk hutan ini, kenapa kamu langsung bertanya kapan sampainya. Litri juga sedang membaca petanya dengan baik dan benar.” Kata Selen berusaha menasihati Vana dengan baik.
“ Sekarang kita ke arah kanan, hati – hati karena disana petualangan kita dimulai. Simpan kamera DSLR kamu ke dalam tas dan jaga baik-baik Van.” Kata Litri.
“ Terimakasih sudah mengingatkan.” Jawab Vana manis.
Merekapun pergi ke arah kanan, dan benar saja apa yang dikatakan Litri barusan, di jalan ini banyak sekali tantangannya. Dengan banyak ide, Litri langsung membuka tasnya dan mengambil tali , lalu ia ikatkan di pohon agar ia dan sahabat- sahabatnya bisa turun ke bawah.
Setelah itu, Frans, Selen, Vana dan Litri turun bergantian dengan hati-hati. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Kali ini Vana tidak banyak berbicara . Ia hanya berbicara yang penting-penting saja, karena ia tidak mau mengganggu Litri dan sahabat - sahabatnya terganggu. Ia akan menikmati petualangannya.
Beberapa menit telah berlalu, mereka masih mencari jalan selanjutnya. Litri yang memberikan petunjuk merasa kebingungan, karena di peta tersebut ada bagian yang hilang. Entah kenapa bagian itu bisa hilang.
“ Biar aku bantu, kamu pasti kebingungan kan?” Kata Selen.
Litri hanya mengangguk. Selen dan Frans kemudian membantunya. Sedangkan Vana, ia menawarkan minum kepada Litri,ia mungkin kelelahan. Setelah menemukan jalan selanjutnya, akhirnya mereka kembali melanjutkan petualangan mereka. Tiba-tiba, di jalan tersebut banyak sekali pohon dan posisi jalannya miring. Saat menuruni jalan tersebut, Selen dan Vana jatuh dan terguling. Sontak, Litri dan Franspun kaget. Litri langsung menghamipiri Vana dan mengeluarkan kotak P3K di dalam tasnya, karena jidat Vana berdarah. Sedangkan Frans, ia langsung menghampiri Selen. Luka di tangannya cukup parah, tangannya tergores batu sehingga banyak mengeluarkan darah dan Frans melakukan hal yang sama dengan Litri
Setelah Frans dan Litri mengobati Selen dan Vana, akhirnya mereka melanjutkan misi mereka. Sampai berjam-jam mencari tempat harta karun itu, akhirnya mereka menemukannya. Litri membuka harta karun itu dengan hati –hati, sedangkan Selen, Frans, dan Vana sudah tidak sabar untuk melihat apa isi harta karunnya, dan saat Litri membuka karta karunnya perlahan –lahan, ternyata isinya adalah secarik kertas, dimana isi kertas itu adalah “ Kupercaya kan langkah bersamamu ,tak kuragukan berbagi denganmu ,kita temukan tempat yang layak sahabatku”.
Selen , Litri, Vana, dan Frans langsung menatap satu sama lain karena isi dari secarik kertas itu. Persahabatan itu harus saling mempercayai , tidak menutup-tutupi, membantu, memahami, dan saling berbagi, dengan begitu kita bisa menikmati indahnya persahabatan.
Tamat