2.1 Definisi Teori Belajar Konstruktivisme
Definisi teori konstruktivisme bervariasi tergantung
dengan cara pandang dan posisi seseorang. Dalam konteks pendidikan ada makna
filosofis dari konstruktivisme, yaitu konstruktivisme personal yang dijelaskan
oleh Piaget (1967), konstruktivisme sosial oleh Vygotsky (1978),
konstruktivisme radikal oleh von Glaserfeld (1995), konstruktivisme
epitemologis, dan konstruktivisme pendidikan (Mathew, 1998).
Konstruktivisme
psikologis bercabang dua: (1) yang lebih personal, individual, dan subjektif
seperti Piaget dan para pengikutnya; (2) yang lebih sosial seperti Vigotsky. Piaget
menekankan aktivitas individual, lewat asimilasi dan akomodasi dalam
pembentukan pengetahuan, sedangkan Vygotsky menekankan pentingnya masyarakat
dalam mengkonstruksi pengetahuan ilmiah (Mattews,1994:235-138).
Definisi konstruktivisme menurut para ahli adalah
sebagi berikut.
“It is assumed
that learners have to construct their own knowledge-- individually and
collectively. Each learner has a tool
kit of concepts and skills with which he or she must construct knowledge to
solve problems presented by the environment.
The role of the community-- other learners and teacher-- is to provide
the setting, pose the challenges, and offer the support that will encourage
mathematical construction." (Davis,
Maher, Noddings, 1990, p. 3).
(Hal ini diasumsikan bahwa peserta didik harus membangun
pengetahuan mereka sendiri baik secara individu
dan kelompok. Setiap peserta didik memiliki konsep dan keterampilan dimana ia harus membangun pengetahuan untuk memecahkan masalah
yang disajikan oleh lingkungan. Peran komunitas (peserta didik lainnya dan guru) adalah untuk menyediakan
pengaturan, menimbulkan tantangan, dan menawarkan dukungan yang akan mendorong
pembangunan matematika).
"Knowledge,
no matter how it be defined, is in the heads of persons, and that the thinking
subject has no alternative but to construct what he or she knows on the basis
of his or her own experience." (von
Glasersfeld, 1995)
(Pengetahuan,
tidak peduli begaimana didefinisikan, ada di kepala seseorang, dan subjek
berpikir tidak ada pilihan lain tetapi untuk membangun apa yang dia tahu atas
dasar pengalamannya sendiri).
Dari penjelasan di atas, konstruktivisme menekankan
pada cara memperoleh pengetahuan yang dibangun sendiri oleh peserta didik atas
dasar pengalamannya sendiri untuk memecahkan masalah yang disajikan lingkungan.
Salah satu benang umum dari konstruktivisme adalah
adanya gagasan perkembangan pemahaman yang memerlukan peserta didik secara
aktif terlibat dalam pembuatan makna. Berbeda dengan behaviorisme,
konstruktivisme berpendapat bahwa “pengetahuan tidak diterima secara pasif
tetapi dibangun oleh subjek pengenalnya” (von Glaserfeld, 1995). Dengan
demikian, konstruktivisme mengalihkan fokus dari pengetahuan sebagai produk
menjadi pengetahuan sebagai proses.
2.1.1 Konstruktivisme Personal (Jean Piaget)
Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu
sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri.
Pengetahuan yang
dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang
bermakna. Sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses
pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan
tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu dilupakan.
Peran
guru dan peserta didik lainnya adalah untuk memberikan pengaturan, menimbulkan
tantangan, dan menawarkan dukungan yang akan mendorong pembangunan kognitif
(Chaille, 2008). Karena peserta didik kurang berpengalaman di lapangan, guru
memikul tanggung jawab besar untuk membimbing kegiatan, pemodelan perilaku, dan
memberikan contoh-contoh yang akan mengubah diskusi kelompok siswa menjadi
komunikasi yang berarti tentang materi pelajaran (Flynn, 2005).
Tampak
bahwa tekanan perhatian Piaget lebih keaktifan individu dalam membentuk
pengetahuan. Bagi Piaget, pengetahuan lebih dibentuk oleh si anak itu sendiri
yang sedang belajar daripada diajarkan oleh orang tua. Mengkonstruksi pengetahuan menurut Piaget dilakukan
melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema
adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman. Asimilasi
adalah proses penyempurnaan skema yang telah terbentuk, dan akomodasi adalah
proses perubahan skema.
Ketika
anak-anak berkolaborasi dalam kelompok pembelajaran kooperatif, mereka berbagi
proses membangun ide-ide mereka dengan orang lain. Upaya kolektif ini
memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk merefleksikan dan menjelaskan tidak
hanya mengenai ide-ide mereka sendiri tetapi juga orang-orang dari rekan-rekan
mereka juga (Payne dan Stewart, 2010).
Dalam
pengaturan pembelajaran kooperatif ini, anak-anak melihat rekan-rekan mereka
sebagai sumber daya bukan sebagai pesaing. Perasaan kerja sama tim terjadi
kemudian. Proses ini telah mengakibatkan kemajuan substansial dalam
pembelajaran peserta didik (Bulach, Lunenburg, & Potter, 2012; Larochelle,
2010; Phillips, 2000).
2.1.2 Konstruktivisme Sosial (Lev Vygotsky)
Dalam
pendekatan konstruktivisme Piaget, murid mengkonstruksi pengetahuan dengan
menstransformasikan, mengorganisasikan, dan mengoraginsasi melalui pengetahuan sebelumnya. Sedangkan konstruktivisme
Vygotsky menekankan bahwa peserta didik mengkonstruksi pengetahuan melalui
interaksi sosial dengan orang lain. Isi dari pengetahuan ini dipengaruhi oleh
kultur dimana peserta didik tinggal yang mencakup bahasa, keyakinan, dan
keahlian.
Keterlibatan
dengan orang lain membuka kesempatan bagi peserta didik untuk mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman mereka
saat mereka bertemu dengan pemikiran orang lain dan saat mereka berpartisipasi
dalam pencarian pemahaman bersama. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks
sosial memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik.
Interaksi
terus-menerus, antara individu dan lain-lain, digambarkan oleh Vygotsky sebagai
Zone of Proximal Development (ZPD) (Vygotsky, 1978). Ia
mendefinisikan zona perkembangan proksimal sebagai potensi intelektual individu ketika diberikan bantuan dari orang dewasa
yang berpengetahuan atau lebih maju dari anak. Selama
proses bantuan ini, seorang individu "diatur" oleh rekan yang lebih
mampu atau orang dewasa.
Secara singkat, ZPD merupakan tingkat perkembangan yang berada sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat
ini. Tingkat perkembangan seseorang saat ini adalah tingkat pengetahuan awal
atau pengetahuan prasyarat yang telah dikuasai, maka memungkinkan sekali akan
terjadi pembelajaran bermakna.
Daftar Pustaka:
Daftar Pustaka:
Jones. (2002). The Impact of Constructivism on
Education: Language, Discourse, and Meaning. American Communication Journal. (5). 2-6
Lunenburg, F. C. (2012). Teacher’s Use of Theoretical Frames for
Instructional Planning: Critical Thinking, Cognitive, and Constructivist
Theories. International Journal of
Scholarly Academic Intellectual Diversity. (14). 4-5